Lokomotif Uap, Saksi Bisu dalam Sejarah Perjalanan Kereta Api (5-Habis): Lokomotif E10

Restora  
Lokomotif E10. (Foto: Dok. Humas PT KAI)
Lokomotif E10. (Foto: Dok. Humas PT KAI)

JAKARTA -- PT KAI memiliki sejarah panjang dalam penggunaan dan pelestarian lokomotif uap hingga saat ini. Selain menjadi bagian dari sejarah perkeretaapian, penampilan ikonik dan khas dari lokomotif uap juga memberikan daya tarik yang unik. Bagi kamu yang penasaran, berikut kami tampilkan Lokomotif E10 sebagai bagian akhir dari seri tulisan lokomotif uap yang telah dipreservasi KAI dan dalam keadaan aktif.

5. Lokomotif E10

Pada tahun 1894, pemerintah Hindia Belanda melalui perusahaan kereta api Staatsspoorweg ter Sumatra’s Westkust (SSS) selesai membangun jalur kereta api yang menghubungkan pelabuhan Emmahaven (Telukbayur) – Padang – Padangpanjang – Muarakalaban – Sawahlunto dengan panjang 155,5 km.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Lantaran kondisi geografis Sumatra Barat yang berbukit-bukit maka jalur kereta api pada beberapa lokasi, misal lintas Kayu Tanam – Padangpanjang – Batu Tabal, mesti menggunakan rel bergerigi, yang berfungsi untuk membantu lokomotif untuk menanjak dengan tingkat yang curam.

Salah satu lokomotif yang dibeli oleh SSS adalah Lokomotif uap E10 dilengkapi dengan roda gigi yang bertugas mengait rel bergerigi yang ada di bawahnya. Lokomotif ini didatangkan sejumlah 22 buah pada tahun 1921, 1926 dan 1928 dari pabrik Esslingen (Jerman) dan SLM (Swiss).

Setelah era kemerdekaan Republik Indonesia, Perusahaan Nasional Kereta Api (PNKA) kembali mendatangkan lokomotif uap E10 sejumlah 17 buah pada tahun 1964, 1966 dan 1967 dari pabrik Esslingen (Jerman) dan Nippon Sharyo (Jepang).

Lokomotif Uap E1060 memiliki berat 56,4 ton dengan tekanan boiler 14 atm. Kecepatan layanan 50 km/jam dengan kekuatan tarik 9.000 kg. Lokomotif ini berdimensi panjang 10,224 meter dan tinggi 3,714 meter. Untuk mendukung operasional, lokomotif ini dibekali penyimpanan batu bara 2 ton dan persediaan air 6 m3.

Total lokomotif seri E10 berjumlah 39 dari tiga pabrikan yang berbeda. Kini, tersisa dua unit yakni E1060 “Mak Itam” di Sawahlunto dan E1016 sebagai koleksi di Museum Transportasai, TMII.

Pada 20 Desember 2022 lalu, telah dilaksanakan peresmian pengoperasian kembali Kereta Api Wisata Mak Itam di jalur Sawahlunto - Muaro Kalaban, Sumatra Barat setelah sebelumnya berhenti beroperasi sejak tahun 2014. (Habis)

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

Kategori

× Image