Lokomotif Uap, Saksi Bisu dalam Sejarah Perjalanan Kereta Api (4): Lokomotif D14
JAKARTA -- PT Kereta Api Indonesia (KAI) memiliki sejarah panjang dalam penggunaan dan pelestarian lokomotif uap hingga saat ini. Selain menjadi bagian dari sejarah perkeretaapian, penampilan ikonik dan khas dari lokomotif uap juga memberikan daya tarik yang unik. Bagi kamu yang penasaran, berikut beberapa lokomotif uap yang telah dipreservasi KAI dan dalam keadaan aktif.
4. Lokomotif D14
Lokomotif uap seri D14 merupakan lokomotif uap yang didatangkan oleh Staatsspoorwegen (SS) yang berasal dari dua pabrikan berbeda. Lokomotif D14 bernomor 01 sampai 12 buatan, Hanomag, Hannover, Jerman, sedangkan yang bernomor 13-24 buatan Werkspoor, Belanda. Tahunnya pun berbeda, yaitu buatan tahun 1921 untuk D14 bernomor 01-12, dan tahun 1922 untuk yang bernomor 13-24.
Desain lokomotif D14 yang ringkas ini cocok dioperasikan di lintas lokal dan jalur pegunungan. Jalur Bogor-Sukabumi-Cianjur hingga Bandung kini tinggal kenangan. Jalur kenangan itulah yang merupakan lintasan utama lokomotif berbahan bakar batu bara ini.
Lokomotif berbobot 68,66 ton ini memiliki tekanan boiler 12 atm. Melaju dengan kecepatan rata-rata 45 km/jam. Dimensi lokomotif ini ialah panjang 12, 65 meter, lebar 2,7 meter dan tinggi 3,7 meter. Mampu menampung persediaan air sejumlah 9 m3 dan penyimpanan batu bara sebesar 3 ton.
Dari total 23 lokomotif D14 yang terdapat di Indonesia. Kini terdapat satu unit yakni D1410 yang saat ini menjadi armada Kereta Wisata Jaladara di Kota Solo yang diresmikan pada 16 Februari 2020. Sebelumnya, pada tahun 2016 lokomotif ini diboyong dari Museum Transportasi TMII, Jakarta ke Solo. Selepasnya, tahun 2019 dilakukan restorasi di Balai Yasa Yogyakarta.