Heritage: Stasiun Bandung, Dibangun 1882 untuk Angkut Kopi dari Priangan ke Batavia

Restora  
Bangunan awal Stasiun Bandung, tahun 1901. Tampak kereta kuda di depan stasiun menunggu penumpang. (Foto: Dok. Humas PT KAI/Sumb
Bangunan awal Stasiun Bandung, tahun 1901. Tampak kereta kuda di depan stasiun menunggu penumpang. (Foto: Dok. Humas PT KAI/Sumb

JAKARTA -- Kota Bandung sejak zaman VOC merupakan daerah subur yang terkenal sebagai penghasil komoditas ekspor, terutama kopi. Semasa sistem tanam paksa, di Priangan dilakukan penanaman wajib tanaman kopi yang dikenal dengan Preanger Stelsel.

Pengangkutan kopi dibawa dari Priangan ke pelabuhan terdekat, yakni di Batavia (Jakarta). Untuk mempermudah pengangkutan komoditas ekspor, pemerintah Hindia Belanda membangun jaringan kereta api Buitenzorg (Bogor)-Bandung-Cicalengka sepanjang 184 km.

Sebelumnya, jaringan kereta api Jakarta-Bogor sudah dibangun oleh perusahaan kereta api swasta, Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) tahun 1873.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Jaringan kereta api Bogor-Bandung-Cicalengka sebagai jaringan kereta api pertama di wilayah Priangan dibangun oleh Staatssporwegen (SS), sebuah perusahaan kereta api milik pemerintah.

Sebagai salah satu tempat pemberhentian, SS membangun stasiun besar di tengah Bandung. Pembangunan dimulai pada tahun 1882. Agar stasiun bisa selesai tepat waktu, pembangunan dilaksanakan juga di malam hari dibantu dengan lampu listrik.

Pembangunan pertama meliputi Stasiun Bandung yang diresmikan pada tahun 1884. Pada pembangunan pertama dipimpin oleh arsitek sekaligus arkeolog, Jan Willwm Ijzerman.

Desain Stasiun Bandung awal mirip dengan Stasiun Surabaya Gubeng, memiliki ciri khas bangunan stasiun milik SS era 1884-1909. Stasiun dapat rampung pada 16 Mei 1884, esoknya perjalanan kereta Bogor-Bandung-Cicalengka diresmikan untuk umum.

Stasiun Bandung setelah renovasi besar tahun 1930. Stasiun menjadi bergaya art deco. (Foto: Dok. Humas PT KAI)
Stasiun Bandung setelah renovasi besar tahun 1930. Stasiun menjadi bergaya art deco. (Foto: Dok. Humas PT KAI)

Untuk mengimbangi jumlah penumpang dan barang yang semakin bertambah, setelah terhubung dengan Batavia. Stasiun Bandung direnovasi, areal stasiun mengalami perluasan dengan menambahkan bangunan bergaya art deco yang dipimpin oleh arsitek F. J. A. Cousin.

Pada tahun 1928, SS kembali melaksanakan renovasi besar-besaran Stasiun Bandung. Pembangunan dirancang oleh E. H de Roo meliputi pembangunan ulang stasiun. Fasad bangunan art deco yang lebih berkonsep modern dengan kaca jendela berwarna biru, seperti yang tersedia di Stasiun Naarden-Bussum tahun 1925. Pada renovasi tersebut, stasiun membuat penerangan listrik yang baru dari perusahaan Bergman.

Pada tahun 1939, SS menambahkan atap paying beton sebagai perpanjangan atap besi yang sudah ada. Sedangkan bangunan dan pintu utara Stasiun Bandung saat ini merupakan hasil renovasi pada tahun 1989-1990. Bangunan berkonsep rumah adat joglo.

Saat ini Stasiun Bandung (Bd) di bawah pengelolaan Daerah Operasi 2 Bandung, PT Kereta Api Indonesia (Persero). Stasiun yang berada di ketinggian +709 mdpl ini tatak di km 155+134 lintas Bogor-Bandung-Yogyakarta.

Stasiun Bandung telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya yang terdaftar di Peraturan Daerah Kota Bandung berdasarkan Perda Nomor 19 Tahun 2009. (Sumber: Laman resmi PT KAI, kai.id)

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

Kategori

× Image