Heritage: Lokomotif B27, Mewarnai Industrialisasi Kota Semarang di Awal Tahun 1900

Restora  
Lokomotif B27 11 (mulai operasional tahun 1914) dipajang di museum Ambarawa (Jawa Tengah).(Foto Dok. Humas PT KAI_
Lokomotif B27 11 (mulai operasional tahun 1914) dipajang di museum Ambarawa (Jawa Tengah).(Foto Dok. Humas PT KAI_

JAKARTA -- Industrialisasi di kota Semarang, yang telah berlangsung sejak pertengahan abad ke-19, tidak dapat terhindar dari masalah perekrutan tenaga kerja.

Suatu industri modern di Semarang yang kemudian menjadi faktor akselerasi perekrutan tenaga kerja bagi industri-industri di kota ini salah satunya adalah jalur kereta api milik perusahaan kereta api swasta Semarang-Joeana Stoomtram Maatschappij (SJS) yang berpusat di Semarang dan menuju ke daerah-daerah seperti Mayong, Kudus, Demak, Rembang, Purwodadi dan Blora.

Dengan menggunakan transportasi kereta api, banyak pekerja dari daerah-daerah tersebut datang ke kota Semarang untuk bekerja.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan transportasi di daerah Semarang dan sekitarnya, mulai tahun 1902, SJS meningkatkan kualitas jalan rel pada rute Semarang – Demak – Purwodadi – Blora.

Tujuan peningkatan kualitas jalan rel ini adalah untuk meningkatkan batas kecepatan kereta api menjadi 45 km/jam. Dengan meningkatnya batas kecepatan tersebut, maka SJS mulai mendatangkan 16 lokomotif uap B27 dari pabrik Hartmann (Jerman). Seluruh 16 lokomotif B27 didatangkan pada tahun 1912, 1914 dan 1921. Walaupun hanya memiliki berat 22 ton namun lokomotif ini mampu melaju hingga kecepatan maksimum 45 km/jam dan memiliki daya 225 HP (horse power).

Dikutip dari laman resmi PT KAI, Lokomotif B27 digunakan untuk menarik rangkaian kereta penumpang. Menurut data dari Verslag Van De Toestand Der Gemeente Semarang Over 1928 (halaman 187), kereta milik SJS berhasil mengangkut penumpang dari luar kota Semarang ke ke kota Semarang sebanyak 706767 orang pada tahun 1928.

Lokomotif B27 menggunakan bahan bakar kayu jati dan didesain untuk dioperasikan di jalur datar. Lokomotif ini memiliki susunan roda 0-4-2T. Lokomotif B27 memiliki banyak komponen yang sama dengan lokomotif uap B52. Lokomotif ini menggunakan bahan bakar kayu jati dan menggunakan sistem superheater, yakni sistem pembakaran dengan mengalirkan uap bertekanan tinggi dari kubah menuju ke silinder.

Dari 16 lokomotif B27, saat ini hanya tersisa 2 lokomotif B27, yaitu B27 05 dan B27 11. B27 05 (mulai operasional tahun 1912) dipajang di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta). B27 11 (mulai operasional tahun 1914) dipajang di museum Ambarawa (Jawa Tengah).

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

Kategori

× Image